Tuesday, October 22nd, 2024

Perancis Menawarkan Fregat FDI ke Indonesia dengan Opsi Produksi Domestik

Dari tanggal 20 hingga 24 Mei, fregat kelas FREMM Angkatan Laut Perancis, FS Bretagne (D655), melakukan kunjungan pelabuhan ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara, Indonesia, sebagai bagian dari penempatannya di Wilayah Indo-Pasifik. Pada tanggal 22 Mei, kapal tersebut menjamu puluhan pejabat pertahanan Indonesia, akademisi, jurnalis, dan pemangku kepentingan lainnya, termasuk perwakilan dari beberapa perusahaan pertahanan Indonesia.

Kemitraan Angkatan Laut yang Semakin Berkembang antara Perancis dan Indonesia

Dalam pernyataannya, Duta Besar Perancis untuk Indonesia, Fabien Penone, dan komandan FS Bretagne, Kapten Gwenegan Le Bourhis, menyoroti kemitraan strategis yang semakin berkembang antara Indonesia dan Perancis. Kapten Gwenegan juga menyebutkan keinginan Angkatan Laut Perancis untuk meningkatkan kerjasama dan interoperabilitas dengan Angkatan Laut Indonesia (TNI AL).

Selain itu, ia menjelaskan kemampuan FS Bretagne dan bagaimana pada bulan April fregat FREMM lainnya milik Angkatan Laut Perancis, FS Alsace (D656), berhasil menembak jatuh tiga rudal balistik di Laut Merah, sehingga menunjukkan kinerja tempur yang terbukti dari kelas tersebut.

Proposal Fregat FDI untuk Indonesia

Delegasi Indonesia yang menaiki FS Bretagne, yang termasuk Wakil Kepala Staf TNI AL, Laksamana Muda Erwin S. Aldedharma, juga menerima presentasi tentang fregat FDI. Dinyatakan bahwa FDI selaras dengan kebutuhan TNI AL untuk konstruksi kapal perang permukaan yang cepat dan operasi armada tempur kolaboratif, serta kekhawatiran yang semakin meningkat terhadap ancaman siber dan elektronik dalam perang laut.

Salah satu fitur utama dari FDI yang ditunjukkan oleh perwakilan Naval Group adalah statusnya sebagai fregat “digital” pertama. Penunjukan ini menekankan penggabungan pertimbangan digital dan keamanan siber dari fase desain awal. Karakteristik penting lainnya dari FDI yang dipresentasikan kepada pejabat TNI AL adalah pengurangan Radar Cross Section (RCS) dan tanda tangan magnetik, inframerah, dan elektronik yang rendah.

Selain itu, FDI ditawarkan dalam konfigurasi multi-misi penuh, yang berarti TNI AL dapat memperoleh semua sensor dan senjata perang anti-udara, anti-kapal selam, anti-permukaan, asimetris, dan elektronik. Ini termasuk 32x SYLVER VLS untuk rudal ASTER 15 dan 30, umpan akustik CANTO, radar multi-fungsi Sea Fire 4D AESA, serta sonar yang dipasang di lambung, kedalaman variabel, dan array yang ditarik.

Lebih lanjut, mirip dengan FDI yang saat ini sedang dibangun untuk Angkatan Laut Perancis dan Yunani, FDI Indonesia akan dilengkapi dengan dua pusat data, sistem manajemen keamanan siber terpusat, dan pusat Perang Asimetris khusus yang mencakup sistem pengawasan optik siang-malam 360⁰ dengan tampilan resolusi tinggi dan realitas augmentasi.

Satu pusat data cukup untuk mengelola seluruh fungsi FDI, sementara pusat data kedua siap mengambil alih segera jika diperlukan, misalnya, jika pusat data pertama lumpuh karena serangan siber/kinetik. Ini adalah bagian dari kemampuan redundansi digital FDI, menurut perwakilan Naval Group.

CMS dan Data Link

Untuk sistem manajemen tempur (CMS), FDI Indonesia juga akan menggunakan SETIS®, memungkinkan TNI AL bergabung dengan ‘SETIS Club’ bersama angkatan laut lain di seluruh dunia yang menggunakan CMS tersebut. Naval Group menjelaskan bahwa melalui klub ini, TNI AL dapat belajar dari pengalaman angkatan laut lain dengan SETIS dan, jika diinginkan, berbagi wawasan mereka sendiri. Selain itu, TNI AL akan memiliki kesempatan untuk meminta pembaruan perangkat lunak yang disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan spesifiknya.

Perwakilan Naval Group menambahkan bahwa CETIS sepenuhnya interoperabel dengan CMS SUBTICS® yang akan dipasang pada dua dari kapal selam Scorpène Evolved milik Indonesia.

Untuk mengakomodasi persyaratan TNI AL agar armada masa depannya terintegrasi dengan platform yang belum diubah, FDI ditawarkan dengan perangkat lunak Manajemen/Misi I4®Drones dan hanggar UAV khusus. Bergantung pada permintaan Indonesia, FDI juga dapat dipasang dengan jaringan Tactical Data Link yang berbeda, termasuk Link 11, Link 16, Link 22, dan Link Y.